Haruskan menjadi Entreprenuer? ini jawabannya !

Sejak sekitar 2-3 tahun belakangan ini demam enterpreneur begitu tersebar di seluruh penjuru bangsa ini. Kursus-photo-24751632-illustration-of-city-building.kursus, baik yang kilat maupun yang sistem camp, seminar bisnis, training, bahkan sampai mata kuliah pun sudah mulai disusupi oleh materi-materi wirausaha. Sesuatu yang sangat patut kita syukuri dan kembangkan demi kemajuan bangsa Indonesia.

Bukan apa-apa. Terlepas dari riset yang mengatakan bahwa sebuah bangsa dikatakan maju ketika memiliki minimal 2% wirausaha dari total populasinya, enterpreneurship memang nyata-nyata dapat menyelesaikan berbagai persoalaan bangsa ini. Pengentasan pengangguran, sudah pasti. Bertambahnya pemasukan negara melalui pajak, seharusnya terjadi. Sampai pada kenyataan bahwa Indonesia memiliki 70% transaksi domestik, yang menjadi penyelamat bangsa disaat dunia Global sedang terjangkit krisis ekonomi.

Bukan rahasia umum lagi ketika sistem pendidikan di Indonesia diklaim sebagai pencipta “pengangguran terpelajar” ketika sebagian besar sarjana yang baru lulus kuliah justru kesulitan dalam mencari kerja. Apakah salah mereka para pelajar? Tidak juga.
 Mari kita coba ingat kembali, apa yang orang tua kita (atau kebanyakan orang tua) katakan kepada kita ketika kita sudah mulai beranjak SMA. “Sekolah yang pintar ya, biar bisa masuk perguruan tinggi negri. Lalu pilih jurusan yang GAMPANG NYARI KERJA. Dan pilih kerjaan YANG BERGAJI BESAR”. Kondisi bangsa ini terjadi memang tidak terlepas dari pandangan yang salah dari generasi-generasi sebelumnya ke generasi sesudahnya. Sehingga menyebabkan mentalitas bangsa ini sebagai mental peminta kerja, bukan pembuat kerja.
Apakah ada yang salah dengan SEKOLAH? Tidak. Walaupun sebagian contoh sukses di dunia adalah orang-orang yang drop out dari sekolah, tapi tidak ada yang salah dengan SEKOLAH. Bahkan setinggi apapun sekolahnya.
Lalu apakah ada yang salah dengan MENCARI KERJA? apalagi yang BERGAJI BESAR? Tidak juga. Beberapa orang besar juga memulai kesuksesannya dengan bekerja di tempat orang lain. Dan sebagian orang yang lebih beruntung, mendapatkan gaji besar untuk modal dia membuat kesuksesan lainnya.
MIND SET yang terbentuk lah yang salah pada akhirnya. Mind set bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan rejeki adalah dengan meminta pekerjaan kepada pihak lain membuat kita tidak akan melakukan upaya lain ketika belum mendapatkan pekerjaan. Bahwa akhirnya juga kita harus mendapatkan pekerjaan dengan segudang fasilitas dan kenyamanan hidup, juga membuat kita bagai binatang buas yang selalu hidup disangkar yang terus dilayani.
Mind set seperti itu telah mematikan keberanian kita untuk berinovasi, mengambil resiko, menciptakan hal baru dengan kreatifitas, dan bahkan yang lebih akut, telah mematikan kemampuan kita untuk bermimpi.

Lalu apakah harus dengan membuat usaha sendiri? Kalau Anda bisa, lebih bagus. Karena Anda turut membantu  memajukan bangsa ini dan segudang hal baik lainnya. Kalaupun tidak, tidak masalah. Karena entrepreneurship itu adalah mindset, bukan profesi. Seorang karyawan sekalipun bisa saja berjiwa enterpreneur ketika dia melakukan berbagai inovasi terkait pekerjaannya, yang akhirnya memajukan perusahaan tempat dia bekerja.

Sebagian perusahaan memang mendukung hidupnya jiwa enterpreneurship dalam diri karyawannya. Namun tidak sedikit perusahaan yang menjadikan karyawannya sebagai “Robot pelaksana jobdesc”.

That’s your choice……

Leave a Comment

Your email address will not be published.

×