Rasyidi Consulting Group

Managemen Keuangan UMKM Untuk Bisnis Berbasis Proyek

Beberapa bisnis yang berbasis proyek memiliki permasalahannya sendiri. Bisnis berbasis proyek yang dimaksud disini adalah bisnis yang proses penyerahan barang/jasa nya tidak dilakukan secara rutin bulanan, melainkan dalam periode tertentu (disebut juga periode proyek). Seperti misalnya ; kontraktor, pembuatan sistem, pembuatan website, dan sejenisnya.

Karena proses penyerahan barang & jasanya berlangsung dalam sebuah periode waktu, maka biasanya pembayarannya pun disesuaikan. Biasanya diberlakukan pembayaran dengan sistem termin. Seperti pembayaran DP diawal, pembayaran ke 2 ketika 50% pengerjaan, dan pelunasan ketika pekerjaan telah selesai.

Maka apa yang menjadi issue utama bagi pelaku usaha dibidang ini ?

CASH FLOW

Ya. Cash Flow menjadi issue utama dalam bisnis jenis ini.

 

Uang Dari Customer : Masuknya bertahap

Uang Ke Supplier : Bisa juga bertahap, bisa juga dibayar full di depan untuk supplier perorangan / toko kecil

Uang Operasional : Harus dibayar setiap bulan.

 

Dari 3 kelompok alur keuangan diatas, dapat dilihat bilamana kondisi tertentu akan menyebabkan masalah. Pemilik yang tidak secara bijak mengatur keuangan, mungkin saja akan bermasalah pada 2 poin terbawah. Yaitu, tidak punya uang untuk membayar ke supplier. Atau tidak punya uang untuk membayar gaji, sewa kantor, dan biaya operasional lainnya.

Lalu apa yang harus dilakukan? Berikut kami rangkum langkah-langkah sederhana untuk mengatur uang di bisnis berbasis proyek seperti ini :

1.Hitung biaya operasional bulanan

Coba hitung berapa biaya gaji, listrik, telpon, internet, dan biaya-biaya YANG HARUS DIBAYARKAN SETIAP BULANNYA. Misalkan total biaya operasional sebulan adalah 30 juta. Maka apapun kondisinya, perusahaan harus menyediakan minimal saldo kas 30 juta. Tidak boleh kurang. Bahkan sebaiknya memiliki cadangan kas sebesar 6 x 30 jt = 180 juta. Untuk jaga-jaga jika dalam 6 bulan tidak ada proyek perusahaan tetap bisa membiayai operasionalnya tanpa berhutang.

2. Minta DP dari Customer (kalau bisa) senilai modal proyek tersebut

Tujuannya adalah pembayaran DP tersebut bisa langsung menggantikan uang yang digunakan untuk belanja modal. Sehingga ketika pelunasannya nanti bisa dianggap tinggal keuntungannya saja. Namun kondisi situasional. Artinya, mungkin dalam beberapa kasus tidak bisa diterapkan karena customer sudah punya ketentuannya sendiri. Tapi paling tidak, tetaplah meminta DP. Agar ada uang masuk ke perusahaan.

3. Minta pembayaran mundur/tempo ke supplier

Hal ini menjadi sangat penting karena sebaiknya kita bisa membayar supplier dari uang DP customer. Sehingga tidak menggunakan uang perusahaan dahulu. Ini menjadi lebih penting ketika kita menjalankan lebih dari 1 proyek dalam waktu yang bersamaan.

Namun yang lebih penting dari itu semua adalah tetap melakukan pencatatan keuangan. Permasalahan yang paling kami temui dalam bisnis ini adalah si pengusaha kehabisan modal untuk mendanai proyeknya dan membayar operasionalnya. Uang dari DP Customer langsung dihabiskan untuk keperluan pribadi, atau sudah dianggap ada keuntungannya dari DP tersebut.

Semoga berhasil.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×